Dari beberapa artikel tentang Kreativitas sepertinya ada salah satu yg pernah saya baca yaitu artikel dari DRS.A.M.HERU
BASUKI MPsi yg menarik berikut ini :
Pertemuan Pertama
I. PENGERTIAN KREATIVITAS
1.
Kreativitas sebagai Proses
-
Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan
sesuatu yang baru, apakah suatu
gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock
1978)
-
Proses kreatif sebagai “ munculnya dalam tindakan suatu
produk baru yang tumbuh dari keunikan individu di satu pihak, dan dari
kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya dilain pihak” (Rogers , 1982)
Penekanan pada :
- aspek baru dari produk kreatif yang dihasilkan
- aspek interaksi antara individu dan
lingkungannya / kebudayaannya
-
Kreativitas
adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam
berbagai aspek kehidupannya. Tujuan pembangunan diri itu ialah untuk menikmati
kualitas kehidupan yang semakin baik (Alvian, 1983)
-
Kretaivitas
adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas)
dan originalitas dalam berfiir (Utami Munandar, 1977).
-
Guilford
(1986) menekankan perbedaan berfikir divergen ( disebut juga berfikir kreatif) dan berfikir konvergen.
Berfikir Divergen : bentuk
pemikiran terbuka, yang menjajagi macam-macam kemungkinan jawaban terhadap
suatu persoalan/ masalah.
Berfikir Konvergen:
sebaliknya berfokus pada tercapainya satu jawaban yang paling tepat terhadap
suatu persoalan atau masalah
Dalam pendidikan formal pada
umumnya menekankan berfikir konvergen dan kurang memikirkan berfikir divergen.
Torrance (1979) menekankan adanya
ketekunan, keuletan, kerja keras, jadi jangan tergantung timbulnya
inspirasi
2.
Kreativitas sebagai Produk
-
Kretaivitas
sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru (1965).
-
Kecuali
unsur baru, juga terkandung peran faktor lingkungan dan waktu (masa).
Produk baru dapat disebut karya kreatif jika mendapatkan pengakuan (penghargaan)
oleh masyarakat pada waktu tertentu (Stein, 1963). Namun menurut ahli
lain pertama-tama bukan suatu karya kreatif bermakna bagi umum, tetapi terutama
bagi si pencipta sendiri.
-
Kreativitas
atau daya kreasi itu dalam masyarakat yang progresif dihargai sedemikian
tingginya dan dianggap begitu penting sehinnga untuk memupuk dan
mengembangkannya dibentuk laboratorium atau bengkel-bengkel khusus tang tersedia tempat, waktu dan
fasilitas yang diperlukan (Selo Sumardjan 1983).
Beliau mengingatkan pentingnya bagian Desain
dan Penelitian dan Pengembangan sebagai bagian yang vital dari
suatu industri
3.
Kreativitas ditinjau dari segi Pribadi
-
Kreatifitas
merupakan ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu,
perasaan, sikap dan perilakunya.
-
Kreatifitas
mulai dengan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru. Biasanya
seorang individu yang kreatif memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa
terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang
keahliannya. Ia memiliki system nilai dan system apresiasi hidup sendiri yang
mungkin tidak sama yang dianut oleh masyarakat ramai.
Dengan perkataan lain:
“Kreativitas merupakan sifat pribadi seorang
individu (dan bukan merupakan sifat
social yang dihayati oleh masyarakat) yang tercermin dari kemampuannya
untuk menciptakan sesuatu yang baru (Selo Soemardjan 1983)
4.
Faktor-faktor Pendorong Kreativitas
Setiap orang memiliki potensi kreatif dalam
derajat yang berbeda-beda dan dalam bidang yang berbeda-beda. Potensi ini perlu
dipupuk sejak dini agar dapat diwujudkan. Untuk itu diperlukan kekuatan-kekuatan
pendorong, baik dari luar (lingkungan) maupun dari dalam individu sendiri.
Perlu diciptakan kondisi lingkungan yang dapat
memupuk daya kreatif individu, dalam hal ini mencakup baik dari lingkungan
dalam arti sempit (keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata luas (masyarakat,
kebudayaan). Timbul dan tumbuhnya kreativitas dan selanjutnya berkembangnya
suatu kresi yang diciptakan oleh seseorang individu tidak dapat luput dari
pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu itu hidup dan
bekerja (Selo Soemardjan 1983)
Tetapi ini tidak cukup, masyarakat dapat
manyediakan berbagai kemudahan, sarana dan prasarana untuk menumbuhkan daya
cipta anggotanya, tetapi akhirnya semua kembali pada bagaimana individu itu
sendiri, sejauh mana ia merasakan kebutuhan dan d orongan untuk bersibuk
diri secara kretif, suatu pengikatan untuk melibatkan diri dalam suatu kegiatan
lreatif, yang m,ungkin memerlukan waktu lama. Hal ini menyangkut motivasi
internal.
5.
Definisi Operasional Kreativitas
Kretivitas
merupakan : “Kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas),
dan originalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkayam memperinci( suatu gagasan”.(Munandar SCU, 1077)
6.
Devinisi Kreativitas dari Clark
Clark berdasarkan hasil berbagai
penelitian tentang spesialisasi belahan otak, mengemukakan :
“Kretivitas merupakan ekspresi tertinggi
keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi
dasar manusia yaitu: berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic
function of thingking, feelings, sensing and intuiting)” (Jung 1961, Clark
1986).
Pertemuan kedua
II. TEORI KREATIVITAS
Teori yang melandasi pengembangan
kreativitas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Teori
Psikoanalisis
2. Teori
Humanistik
3. Teori
Cziksentmihalyi
1. Teori
Psikoanalisis
Pribadi kretif
dipandang sebagai seorang yang pernah mengalami traumatis, yang dihadapi dengan
memunculkan gagasan-gagasan yang disadari dan tidak disadari bercampur menjadi
pemecahan inovatif dari trauma.
Teori ini
terdiri dari:
a.
Teori Freud
Freud menjelaskan proses kretif dari mekanisme
pertahanan (defence mechanism). Freud percaya bahwa meskipun kebanyakan
mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi justru
merupakan penyebab utama kreativitas karena kebutuhan seksual tidak dapat
dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan merupakan awal imajinasi.
Macam mekanisme pertahanan:
- Represi -
regresi
- Konpensasi - Proyeksi
- Sublimasi - Pembentukan reaksi
- Rasionalisasi -
Pemindahan
- Identifikasi -
Kompartementalisasi
- Introjeksi
b. Teori Ernst Kris
Erns Kris (1900-1957) menekankan bahwa mekanisme
pertahanan regresi seiring memunculkan tindakan kreatif.
Orang yang kreatif menurut teori ini adalah mereka
yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak sadar.
Seorang yang kreatif tidak mengalami hambatan
untuk bias “seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka dapat mempertahankan “sikap bermain” mengenai masala-masalah
serius dalam kehidupannya. Dengan demikian mereka m ampu malihat
masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif, mereka melakukan regresi
demi bertahannya ego (Regression in The Survive of The Ego)
c.
Teori Carl Jung
Carl Jung (1875-1967) percaya bahwa alam
ketidaksadaran (ketidaksadaran kolektif) memainkan peranan yang amat penting
dalam pemunculan kreativitas tingkat tinggi. Dari ketidaksadaran kolektif ini
timbil penemuan, teori, seni dan karya-karya baru lainnya.
2.
Teori Humanistik
Teori Humanistik melikat kreativitas sebagai hasil
dari kesehatan psikologis tingkat tinggi.
Teori Humanistik
meliputi:
a.
Teori Maslow
Abraham Maslow
(1908-1970) berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi
nyata sebagai kebutuhan.
Kebutuhan
tersebut adalah:
-
Kebutuhan fisik/biologis
-
Kebutuhan akan rasa aman
-
Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan
cinta
-
Kebutuhan
akan penghagaan dan harga diri
-
Kebutuhan aktualisasi / perwujudan diri
-
Kebutuhan estetik
Kebutuhan-kebutuhan tersebut mempunyai urutan
hierarki. Keempat Kebutuhan pertama disebut kebutuhan “deficiency”. Kedua Kebutuhan berikutnya (aktualisasi
diri dan estetik atau transendentasi) disebut kebutuhan “being”. Proses
perwujudan diri erat kaitannya dengan kreativitas. Bila bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan
dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka mencapai “peak
experience” saat mendapat kilasan ilham (flash of insight)
b.
Teori Rogers
Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi internal dari
pribadi yang kreatif, yaitu:
-
Keterbukaan terhadap pengalaman
-
Kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi
seseorang (internal locus of evaluation)
-
Kemampuan
untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.
Apabila seseorang memiliki ketiga cirri ini maka
kesehatan psikologis sangat baik. Orang tersebut diatas akan berfungsi
sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga
cirri atau kondisi tersebut uga merupakan dorongan dari dalam (internal press)
untuk kreasi.
3.
Teori Cziksentmihalyi
-
Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas
adalah Predisposisi genetis (genetic predispotition). Contoh seorang
yang system sensorisnya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka
terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
-
Minat
pada usia dini pada ranah tertentu
Minat menyebabkan seseorang terlibat
secara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan
keunggulan kreativitas.
-
Akses terhadap suatu bidang
Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang
diminati sangat membantu pengembangan
bakat.
-
Access to a field
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi
dengan teman sejawat + tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti,
memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan
pakar-pakar dalam b idang yang diminati sangat penting untuk mendapatkan
pengakuan + penghargaan dari orang-orang penting.
-
Orang-orang
kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan
diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk
mencapau tujuannya.
4. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif menurut
Csikszentmihalyi
Csikszentmihalyi mengemukakan 10 pasang cirri-ciri
kepribadian kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara
dialektis.
a. Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi
fisik yang memungkinkan mereka dapat bekerja berjam-jam dengan konsentrasi
penuh, tetapi mereka juga bias tenang dan rileks, tergantung situasinya.
b.
Pribadi
kretaif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang sama mereka juga naïf. Mereka
nampak memilliki kebijaksanaan (wisdom) tetapi kelihatan seperti anak-anak
(child like). Insight mendalam nampak bersamaan dalam ketidakmatangan emosional
dan mental. Mampu berfikir konvergen sekaligus divergen.
c. Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan
kombinasi sikap bermain dan disiplin.
d. Pribadi kreatif dapat berselang-seling
antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas.
Keduanya diperlukan untuk dapat melepaskan
diri dari kekinian tanpa kehilangan sentuhan masa lalu.
e. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan
baik introversi maupun ekstroversi.
f. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri
dan bangga akan karyanya pada saat yang sama
g. Pribadi kreatif menunjukkan lecenderungan androgini
psikoogis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender
(maskulin-feminin)
h. Orang kreatif cenderung mandiri bahkan
suka menentang (passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat
obyektif dalam penilaian karya mereka.
i.
Sikap
keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering menderita, jika mendapat
banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat yang sama ia merasa gembira yang
luar biasa.
Pertemuan ketiga
III. TEORI-TEORI TENTANG PRESS
Kreativitas agar dapat terwujud diperlukan
dorongan dari individu (motivasi intrinsik) maupun dorongan dari
lingkungan (motivasi ekstrinsik)
a.
Motivasi Intrinsik dari Kreativitas
Setiap
individu memiliki kecenderungan atau dorongan mewujudkan potensinya, mewujudkan
dirinya, dorongan berkembang menjadi matang, dorongan mengungkapkan dan
mengaktifkan semua kapasitasnya.
Dorongan ini merupakan motivasi primer
untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru
denganlingkungannya dalam upaya manjadi dirinya sepenuhnya. (Rogers dan
Vernon 1982)
b. Kondisi eksternal yang mendorong perilaku
kreatif
Kretaivitas memang tidak dapat dipaksakan,
tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh, bibit unggul memerlukan kokdisi yang
memupuk dan memungkinkan bibit itu mengembangkan sendiri potensinya.
Bagaimana cara menciptakan lingkungan
eksternal yang dapat memupuk dorongan dalam diri anak (internal) untuk
mengembangkan kreativitasnya?
Menurut pengalaman Carl Rogers dalam
psikoterapi adalah dengan menciptakan kondisi keamanan dan kebebasan
psikologis.
1.
Keamanan psikologis
Ini dapat terbentuk dengan 3 proses yang saling
berhubungan:
a. Menerima individu sebagaimana adanya dengan
segala kelabihan dan keterbatasannya.
b. Mengusahakan suasana yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada
/ tidak mengandung efek mengancam. Evaluasi selalu mengandung efek mengancam
yang menimbulkan kebutuhan akan pertahanan ego.
c.
Memberikan pengertian secara empatis
Dapat menghayati perasaan-perasaan anak,
pemikiran-pemikirannya, dapat melihat dari sudut pandang anak dan dapat
menenrimanya, dapat memberikan rasa aman.
2.
Kebebasan psikologis
Apabila guru
mengijinkan atau memberi kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan secara
simbolis (melalui sajak atau gambar) pikiran atau perasaannya. Ini berarti mmebrei kebebasan dalam berfikir atau
merasa apa yang ada dalam dirinya.
IV. TEORI TENTANG PROSES KREATIF
Wallas dalam bukunya “The Art of
Thought” menyatakan bahwa proses kreatif meliputi 4 tahap :
1. Tahap Persiapan, memperisapkan diri untuk memecahkan masalah
dengan mengumpulkan data/ informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain,
bertanya kepada orang lain.
- Tahap
Inkubasi, pada tahap
ini pengumpulan informasi dihentikan, individu melepaskan diri untuk
sementara masalah tersebut. Ia tidak memikirkan masalah tersebut secara
sadar, tetapi “mengeramkannya’ dalam alam pra sadar.
- Tahap
Iluminasi, tahap ini
merupakan tahap timbulnya “insight” atau “Aha Erlebnis”, saat timbulnya
inspirasi atau gagasan baru.
- Tahap
Verifikasi, tahap
ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru tersebut terhapad
realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen.
Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses
konvergensi (pemikiran kritis).
V. TEORI TENTANG BELAHAN OTAK KANAN KIRI
Sejak anak lahir, gerakannya belum berdifensiasi,
selanjutnya baru berkembang menjadi pola dengan kecenderungan kiri atau kanan.
Hampir setiap orang mempunyai sisi yang dominan. Pada umunya orang lebih biasa
menggunakan tangan kanan (dominasi belahan otak kiri), tetapi ada sebagian
orang kidal (dominan otak kanan). Terdapat “dichotomia” yang membagi fungsi
mentala menjadi fungsi belahan otak kanan dan belahan otak kiri.
Teori ini walaupun didukung data empiris, namun
masih memerlukan pengkajian lebih lanjut (Dacey, 1989 : Piirto 1992).
DIKOTOMI FUNGSI MENTAL
Belahan
Otak Kiri
|
Belahan
Otak Kanan
|
Intelek
|
Intuisi
|
Konvergen
|
Divergen
|
Intelektual
|
Emosional
|
Rasional
|
Metaforik,
intuitif
|
Verbal
|
Non Verbal
|
Horizontal
|
Vertikal
|
Konkret
|
Abstrak
|
Realistis
|
Impulsif
|
Diarahkan
|
Bebas
|
Diferensial
|
Eksistensial
|
Sekuensial
|
Multipel
|
Historikal
|
Tanpa Batas
Waktu
|
Analitis
|
Sintesis,
Holitik
|
Eksplisit
|
Implisit
|
Objektif
|
Subjektif
|
Suksesif
|
Simultan
|
Sumber : Springer, S.P dan Deutsch, 1981
VI. TEORI TENTANG PRODUK KREATIF
Pada pribadi yang kreatif, bila memiliki kondisi pribadi dan lingkungan
yang memberi peluang bersibuk diri secara kreatif (proses), maka dapat
diprediksikan bahwa produk kreatifnya akan muncul.
- Cropley
(1994) menunjukkan hubungan antara tahap-tahap proses kreatif dari Wallas
(persiapan, inkubasi, iluminasi, verifikasi) dan produk yang psikologis
yang berinteraksi : hasil berpikir konvergen ® memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan, jika dihadapkan dengan situasi yang menuntut tindakan yaitu
pemecahan masalah ® individu menggabungkan
unsur-unsur mental sampai timbul “ konfigurasi”. Konfigurasi
dapat berupa gagasan, model, tindakan cara menyusun kata, melodi atau
bentuk.
Pemikir divergen (kreatif) mampu menggabungkan
unsur-unsur mental dengan cara-cara yang tidak lazim atau tidak diduga.
Konstruksi konfigurasi tersebut tidak hanya memerlukan berpikir konvergen dan divergen
saja, tetapi juga motivasi, karakteristik pribadi yang sesuai
(misalnya keterbukaan terhadap pembaruan unsur-unsur sosial, ketrampilan
komunikasi). Proses ini disertai perasaan atau emosi yang dapat
menunjang atau menghambat.
- Model dari Besemer dan Treffirger
Besemer dan Treffirger menyarankan produk kreatif
digolongkan menjadi 3 kategori :
- kebaruan (novelty)
- pemecahan (resolution)
- keterperincian (elaboration) dan sintesis
Model ini
disebut “Creative Product analiysis Matrix” (CPAM).
a. Kebaruan : sejauh mana produk itu baru, dalam hal jumlah
dan luas proses yang baru, teknik baru, bahan baru, konsep baru, produk kreatif
dimasa depan.
Produk itu orisinal : sangat langka diantara produk yang
dibuat orang dengan pengalaman dan pelatihan yang sama, juga menimbulkan kejutan
(suprising) dan juga germinal (dapat menimbulkan gagasan produk orisinal
lainnya).
b. Pemecahan (resolution) : menyangkut derajat sejauh mana produk
itu memenuhi kebutuhan untuk mengatasi masalah.
Ada 3 kriteria dalam dimensi ini :
-
produk harus bermakna
-
produk harus logis
-
produk
harus berguna (dapat diterapkan secara praktis).
c. Elaborasi dan sintesis : dimensi ini merujuk pada derajat sejauh
mana produk itu menggabungkan unsur-unsur yang tidak sama / serupa menjadi
keseluruhan yang canggih dan koheren.
Ada 5 kriteria untuk dimensi ini :
-
produk
itu harus organis (mempunyai arti inti dalam penyusunan produk)
-
elegan,
yaitu canggih (mempunyai nilai lebih dari yang tampak)
-
kompleks,
yaitu berbagai unsur digabung pada satu tingkat atau lebih
-
dapat
dipahami (tampil secara jelas)
-
menunjukan ketrampilan atau keahlian
Produk itu tidak perlu menonjol dalam
semua kriteria. Sebagai contoh tabel dibawah ini yaitu Penilaian Dacey
(1989) terhadap tingkat kreativitas penemuan Graham Bell tentang penemuan
pesawat telepon.
Penilaian kriteria Terhadap Penemuan Pesawat Telepon
Oleh
Graham Bell
Kriteria
|
Tingkat
|
- Orisinal
|
- Tinggi
|
- Kejutan
|
- Tinggi
|
- Germinal
|
- Tinggi
|
- Bermakna
|
- Tinggi
|
- Logis
|
- Tinggi
|
- Berguna
|
- Tinggi
|
- Organis
|
- Tinggi
|
- Elegan
|
- Rendah
|
- Majemuk
|
- Rata-rata
|
- Dapat
dipahami
|
- Tinggi
|
- Ketrampilan
|
- Rendah
|
Sumber
: JS Dacey. 1989. Fundamental Of Creative
Thinking.
New York . Lexington Books. 157
Besemer dan
Treffirger mengemukakan masalah dalam penerapan modelnya.
1. Bila kriteria “kegunaan” diterapkan
secara ketat, kebanyakan karya seni tidak memenuhi persyaratan ini.
2. Masalah kedua menyangkut dimensi “kebaruan”
Pertanyaan adalah apakah produk itu harus
baru untuk seluruh masyarakat atau hanya bagi si pencipta. Jika diterapkan pada
anak, kemungkinan besar tidak ada karya yang dapat dinilai kreatif. Namun
kebanyakan apakar sependapat bahwa “kebaruan” harus dipertimbangkan dari sudut
pengalaman si pencipta. Contoh lukisan anak, jika dinilai dari kriteria orang
dewasa, mungkin tidak termasuk kreatif.
3.
Model Penilaian Kreativitas Dalam Mengarang
Kita sering kesulitan menilai karya tulis siswa
terutama segi kreativitasnya dalam menulis, menggunakan imajinasinya.
Persoalannya bagaimana membantu guru menilai
kreativitas siswa dalam mengarang.
4.
Keterperincian (Elaborasi, kekayaan)
1. Seperti lukisan dalam cara ekspresi: Jika
karangannya hidup dan menarik
2. Emosi : Jika karangan kaya dalam ungkapan
perasaan
3. Empati : Jika secara eksplisit
mengungkapkan pendapatnya atau pengalaman pribadi
4. Unsur pribadi : Jika subjek melibatkan
diri dalam kejadian, mengungkapkan pendapatnya atau pengalaman pribadi
5. Percakapan : menggunakkan kalimat naratif
langsung dengan menggunakkan tanda kutip. Namun pada anak kecil penggunaan
tanda kutip tidak perlu yang penting adalah adanya kata – kata langsung dari
pembicara.
Pertemuan kelima
VII. STRATEGI 4P DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS
Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi
kreatif dan kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif dalam
bidang dan kadar yang berbeda – beda. Yang penting dalam pendidikan adalah
bahwa bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan dikembangkan.
Pengembangan kreatifitas dengan
pendekatan 4P
- Pribadi,
Kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu
dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah
diharapkan timbul ide – ide baru dan produk – produk yang inovatif.
- Pendorong,
Untuk mewujudkan
bakat kreatif siswa diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi
eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian,
insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal) untuk
menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif
dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat
dalam lingkungan yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai
kegiatan kreatif anak mereka dan lebih memprioritaskan pencapaian prestasi
akademik yang tinggi dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya. Demikian
pula guru meskipun menyadari pentingnya perkembangan kreatifitas tetapi dengan
kurikulum yang ketat dan kelas dengan jumlah murid yang banyak maka tidak ada
waktu bagi pengembangan kreativitas.
- Proses,
Untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu
diberi kesempatan untuk bersibuk secara aktif. Pendidik hendaknya dapat
merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif.
Untuk itu yang penting adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk
mengekspresikan dirinya secara kreatif. Pertama – tama yang perlu adalah proses
bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut
dihasilkan produk kreatif yang bermakna.
- Produk,
Kondisi yang
memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi
pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk
melibatkan dirinya dalam proses (Kesibukan , kegiatan) kreatif. Yang tidak
boleh dilupakan adalah bahwa pendidik menghargai produk kreatifitas anak dan
mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau
memamerkan hasil karya anak. Ini akan
lebih menggugah minat anak untuk berkreasi.
VIII. STRATEGI 4P UNTUK PENELITIAN TENTANG
KREATIVITAS
Pendekatan 4P dari kreativitas dapat digunakkan sebagai landasan kerangka
kerja konseptual dan strategi untuk melakukan penelitian tentang kreativitas.
Pertama : Kreativitas
ditinjau dari 4 perspektif;pribadi,pendorong,proses dan
produk.
â Merupakan dimensi pertama
Kedua : Ditinjau
dari aspek siapa,apa,dimana,bilamana,mengapa dan bagaimana
(Who,what,where,why,how)
â Dimensi kedua
Dengan 4P sebagai dimensi pertama dan 5W + 1 H sebagai dimensi
kedua,diperoleh diagram sebagai berikut;
Prof. Dr Utami Munandar telah menyusun skema penilaian kemampuan menulis
kreatif siswa SD,SMP yang meliputi 4 kriteria berpikir kreatif: kelancaran,
kelenturan,keaslian (orisinalitas0 dan keterperincian (elaborasi). Setiap
kriteria ada 5 komponen sehingga seluruhnya ada 20 butir yang dinilai. Setiap
butir yang memenuhi syarat diberi skor 1 sehingga seluruh skor = 20.
Contoh : Siswa diminta untuk menulis karangan dengan memilih satu dari 3
topik yaitu;
- Tiga keinginan
- Jika saya menang 75.000.000,- dalam undian
- Pengalaman yang luar biasa
Penilaian :
1.
Kelancaran
* Sangat lancar (Skor 5) * Kurang
(Skor 2)
* Cukup lancar (Skor 4) * Tidak
lancar (Skor 1)
* Lancar (Skor3)
2.
Kelenturan,
meliputi kelenturan dalam struktur kalimat dan kelenturan dalam isi atau
gagasan.
a. Kelenturan dalam struktur kalimat
1. Keragaman dalam bentuk kalimat:
sederhana,gabungan dan kompleks
2. Keragaman dalam penggunaan kalimat:
deklaratif,interogatif, eksklamatoris
3. Keragaman dalam panjang kalimat: kalimat
singkat (kurang dari 5 kata), kalimat panjang (lebih dari 10 kata)
b.
Kelenturan dalam konten atau gagasan
1. imajinasi : menunjukkan imajinasi kaya
atau kurang
2. fantasi : memiliki daya khayal yang tinggi
atau tidak
3. Keaslian (orisinalitas)
1. Orisinalitas dalam tema, baru/tidak lazim
digunakkan atau tidak
2. Orisinalitas dalam pemecahan atau akhir
cerita, akhir cerita tidak diduga/menimbulkan kejutan.
3. Humor: karangan membuat orang tertawa atau
tidak
4. Menggunakkan kata atau nama baru yang
diciptakan sendiri
5.
Orisinalitas dalam gaya penulisan
Who
|
What
|
How
|
Why
|
When
|
Where
|
|
Person
|
||||||
Press
|
||||||
Process
|
||||||
Product
|
Sumber : Munandar SCU, 1999, kreativitas
& keterbakatan strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat
Dimensi Ketiga :
Menunjukkan peranan dari 3 lingkungan pendidikan: Keluarga, sekolah, masyarakat
dalam meningkatkan potensi kreatif individu.
Model 3 dimensi ini dapat digunakkan sebagai
pendekatan atau strategi dalam melakukan studi yang berkaitan dengan
kreativitas.
Diagram sebagai
berikut;
Sumber
: Munandar SCU dan Conny Semiawan. 1988. Approaches to Enhance Children’s
Creativity in Indonesia .
Jakarta. PDII.LIPI dan Yayasan
Pengembangan Kreativitas.
Ilustrasi dari model untuk pengembangan dan penelitian tentang kreativitas
Dimensi 1 : Keempat aspek yang saling berkaitan dari kreativitas :
Pribadi,pendorong,
proses,produk. Kita
pilih dimensi pribadi.
Dimensi 2 : Pertanyaan yang perlu diajukan peneliti misalnya;
1. Siapa pribadi kreatif yang ingin diteliti
?, umur berapa ?, perempuan ?, laki –laki?
- Apa
karakteristik kreativitas mereka? Kognitif, afektif, sosial, psikomotorik
- Bagaimanapun
mereka dapat ditemukenali (potensi kreatif mereka) Ukuran test apa yang
dapat digunakkan ?
4. Mengapa mereka melakukan? Apa yang mereka
lakukan (alasan)? Apa yang mendorong mereka untuk mencipta ?
5. Bilamana menyangkut waktu, usia atau
tingkat perkembangan? Pada usia berapa anak paling kreatif? Dapat dilakukan
penelitian perbandingan atau perkembangan, misalnya bagaimana kreativitas anak
usia prasekolah bila dibandingkan dengan anak SD?
- Dimana
merujuk pada penelitian : Tempat,lokasi atau subkultur yang berbeda,
misalnya studi tentang kreativitas di daerah perkotaan dan pedesaan.
Dimensi 3: studi dapat dilakukan dalam lingkungan :
- Keluarga :
Saudara sekandung, anak tertua, anak bungsu atau anak tunggal dalam kaitan
potensi kreatif mereka ?
- Sekolah :
Murid prasekolah, SD, SMP, Sekolah Negri, atau swasta
- Masyarakat
: penelitian anak dari berbagai subkultur dari tingkat sosial – ekonomi,
rendah atau tinggi dan sebagainya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar